Goresan Kolase
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial yang sudah pasti selalu membutuhkan bantuan orang lain. Namun ada beberapa orang yang menghindarinya dan saya merupakan salah satunya. Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa saya orangnya kuat dan keras kepala sampai tidak pernah meminta bantuan kepada orang lain. Anggapan tersebut merupakan sesuatu yang salah. Ketika ada masalah, saya pribadi lebih memikirkan bagaimana penyelesaiannya dengan beberapa narasi dan eksekusi yang saya lakukan di dalam otak. Mungkin saja saya mendapat solusinya setelah beberapa kali mengeksekusi ide atau rencana. Jika memang semua narasi yang dipikirkan dianggap gagal, bisa dipastikan kalau saya akan meminta bantuan kepada orang lain yang pastinya akan saya pikirkan narasi berupa eksekusi yang saya jalankan di dalam otak. Misalnya dalam pikiran saya berhasil akan saya tindak lanjuti dan jika tidak, maka akan saya lupakan. Cara berpikir saya yang seperti itu menjadikan saya lebih mengandalkan sumber yang saya punya ketika mencari jalan keluar dan akhirnya saya gunakan ketika mendapatkan tantangan untuk membuat kolase.
Capacity Building
Capacity Building sebagai penghujung kegiatan akhir dari program Bridges to The Future (BTF), kami mendapatkan materi mengenai personal development, leadership, komunikasi, dsb. Selain itu, kami juga diwajibkan berkreasi untuk membuat kolase bertema bebas. Alat yang disediakan berupa krayon/pensil warna, lem kertas, serta majalah random yang bisa digunting untuk menambah nilai dari kolase yang kemudian dipresentasikan untuk dijelaskan mengenai cerita di balik pembuatan atau isi kolase tersebut.
Peserta yang mengikuti kegiatan ini sekitar 50 orang dengan posisi tempat duduk di round table yang menyebar berisi 6 hingga 8 orang per meja. Pada saat itu, kami se-meja mendapatkan majalah bahasa Belanda yang kebanyakan tidak dimengerti. Sebenarnya boleh untuk bertukar majalah atau alat tulis warna, tetapi karena teman-teman yang lain memiliki kesibukan dan kebutuhannya sendiri, saya lebih baik menggunakan alat yang sudah tersedia. Saya mencoba membuka lembar demi lembar dari beberapa majalah dan memotong gambar yang membuat saya tertarik. Setelah mendapatkan beberapa gambar dan juga quotes, saya mulai membuat narasi berdasarkan apa yang saya kumpulkan dari majalah.
Penjelasan Kolase
Gambar pertama adalah Martini sebuah cocktail atau minuman beralkohol yang sudah tidak asing didengar oleh masyarakat luas karena tergolong minuman yang sudah ada dalam beberapa ratus tahun yang lalu. Sama halnya dengan minuman beralkohol lainnya yang bisa memabukkan jika dikonsumsi dengan jumlah yang banyak dalam satu waktu.
Pada gambar kedua bercerita mengenai kapal yang mengarungi derasnya ombak. Kapal-kapal yang secara berkelompok terlihat merupakan sebuah kesatuan yang berlayar untuk mencapai tujuannya. Untuk mendapatkan itu, mereka berlayar hingga menembus badai dan ombak laut yang ganas.
Kemudian gambar ketiga terdapat survival packs untuk berpetualang seperti lampu senter. teropong, tumbler, dsb. Alat-alat tersebut sangat berguna untuk bertahan hidup di alam bebas seperti menjelajahi hutan atau gunung.
Recap
Dahulu saya memiliki kehidupan yang layak dan serba tercukupi. Namun beranjak dewasa, saya banyak kehilangan hal-hal itu dan membuat saya lebih berjuang dan berusaha untuk mencapai tujuan. Selama proses berjuang pun saya sering mendengarkan cerita banyak orang untuk dipelajari agar tidak salah langkah. Poin penting yang perlu diperhatikan adalah siklus tersebut merupakan siklus berulang selagi manusia atau individu masih hidup. Kita akan terus berjuang, mendapatkan apa yang kita mau, menjadi nyaman, mencari tujuan, berjuang lagi, dan begitu seterusnya.
Hasil narasi tersebut hasil saya menggunakan dan memaksimalkan sumber yang sudah disediakan. Beberapa implementasi dalam kehidupan bisa diterapkan dengan percaya apa yang kita punya, manfaatkan, dan maksimalkan untuk mencapai tujuan.